Besarnya Balasan Sesuai Besarnya Ujian


Ustad Abdul Somad, Lc. MA.- Rasulullah bersabda “Besar suatu balasan, sesuai besarnya ujian yang diterima.” Sama seperti anak sekolah, ujian SD dapat ijasah SD, ujian SMA untuk ijasah SMA, ujian thesis untuk S2, dll.

Allah berfirman “Kami pasti akan menguji kamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al Baqarah:155)

Saya takut pak ustad nanti anak saya tak bisa menikah, saya izinkan dia pacaran dulu. Ada yang lebih harus kamu takutkan, yaitu sakaratul maut, takut pertanyaan munkar nangkir, takut tak selamat di sirath al mustaqim. Hari ini kita ditunjukkan saudara kita di suriah, di Aleppo kaki mereka poutus, usus mereka terburai “Tolong kami… Bantu kami.” Apa yang bisa kita buat? Prihatin dan membantu.

Diakhir ayat diutus untuk member kabar gembira (Basyir) kepada orang yang sabar. Jangan putus asa dari rahmat Allah, sebab orang yang ditimpa musibah dan bersabar mereka mengucapkan “Innalillah wa Innailaihi Roji’un” mereka tetap mengembalikan semua kepada Allah. Mereka yang bersabar atas ujian / musibah inilah yang Allah katakan “Mendapatkan sholawat, rahmat dan mereka itulah yang sesungguhnya mendapat hidayah.”

Dulu waktu saya Madrasah Tsanawiyah, pecahlah Bosnia Herzegovina dibhabisi oleh Serbia yang dipimpin oleh Slobodan Milosevic. Mereka yang dulu bersama-sama, sama-sama natal, sama-sama menari, mabuk, karena orang-orang Bosnia sudah hamper meninggalkan islam. Mereka piker dengan berteman akrab tidak akan merusak mengganggu. Ternyata begitu Serbia dipimpin Slobodan, ia membangkitkan semangat dengan mengatakan “Kita Serbia, mereka Bosnia! Walaupun sama-sama mabuk, walaupun sama-sama menari pakai rok pendek, mereka tetaplah Bosnia yang nenek moyangnya mengucapkan syahadad.” Sekali bantai habis. Dulu belum ada tekhnologi canggi macam sekarang. Dulu ditayangkan videonya ditonton bersama-sama. Kemudian dikirimkan sumbangan kesana. Sekarang tanpa berkumpulpun orang-orang sudah bisa melihat. Apa maknanya? Semakin lama semakin maju tekhnologi. Sebetulnya orang beriman mesti memikirkan saudaranya.


Oleh karena itu, kemarin DR. Musthofa Umar mengirimkan video di Jakarta, mengajak kita untuk prihatin dan mengajak kita membaca Qunut Nazilah. Qunut Nazilah pernah dibaca 1 bulan berturut-turut ketika Nabi menghantarkan da’i - da’i untuk berdakwah di Bani Ri’il dan Bani Dzakwan. Sampai disana mereka dibunuh. Maka Nabi mengangkat tangan dari ruku’ dan membaca Qunut Nazilah yang isinya melaknat Bani Ri’il dan Dzakwan. Setelah 1 bulan nabi meninggalkan Qunut Nazilah, Qunutnya tetap ada, akan tetapi laknatnya yang ditinggalkan.

Tertantanglah seorang penulis dari mesir, mengapa Allah tidak menurunkan Burung Ababil di zaman ini, padahal 14 abad yang lalu pernah dilakukan? Di zaman itu umat sedang lemah, hanya ada seorang Abdul Mutholib yang membawa kunci ka’bah dan sudah tak sanggup lagi untuk menjaganya yang akhirnya dipasrahkan kepada Allah, kemudian pertolongan Allah dating. Saat ini Allah tak perlu menurunkan, jumlah kita 2 Milia lebih, mana umat islam? Sampai-sampai penulis mesir menuliskan bahwa “Andai umat islam tak ada senjata, serentak saja kita kencing diarahkan ke Palestina, maka tenggelamlah Israel.” Andai kita tak  bisa memberikan kesana, setidaknya kita bangkitkan semangat keislaman di keluarga, masyarakat kita. Guru-guru ingatkan pada murid “Kalian jangan sibuk main game online, ini lihat saudara-saudara kita disana.” Andai tak bisa berikan ke luar, kita berikan ke dalam.

Besarnya balasan sesuai besarnya ujian. Semua yang kita alami sekarang, masih belum ada apa-apanya disbanding apa yang dialami saudara-saudara kita di Palestina, Rohingnya, Aleppo. Jangan merasa ujian yang diberikan pada kita ini sudah besar “Tak sangguplah pak ustad saya hidup ini.” Ujian apa itu? “Sertifikasi belum cair pak ustad.” Itu berat? Orangnya kotanya hancur, anaknya, suaminya meninggal dia masih tetap tegar. “Oh… Kasihan ya mereka pak ustad saudara kita di palestina.” Sesungguhntya kita yang layak mengasihani diri kita sendiri karna tak mendapatkan balasan apa-apa. Mereka dengan kesabaran sudah mendapatkan syahid. Hidupmulia / Mati Syahid. Bagaimanadengan kita? Hidup tak mulia, matipun tak syahid.


Kalau Allah suka kepada sekelompok orang, diuji Allah imannya. “Sampai kapan ujian ini pak ustad?” Selama ruh masih bersemayam di dalam jasad, maka bersabarlah. Khalid bin Walid menangis karna tak bisa mati syahid di medan perang. Setiap jengkal tubuhnya tidak lepas dari 3 luka bekas pedan, tombak dan anak panah. Khalid meninggal diatas tempat tidurnya. Beda cara pandang kita dengan mereka. Kita ingin mati disamping istri, dikelilingi anak, menantu, cucu kita, meninggal diatas tempat tidur kita. Akan tetapi mereka ingin mati disaksikan malaikat, ingin mati syahid.

Disini kita merasa masih aman, kata siapa aman? Semua bisa saja terjadi. Rasulullah bersabda “Ajak orang berbuat baik, larang orang berbuat mungkar. Kalau itu tidak dilakukan ada azab yang tidak disangka, dan kamu dipimpin pemimpin-pemimpin yang jahat.” Bupati memakai narkoba, Hakim pakai sabu… “Oh…itu oknum pak ustad, jangan digeneralisir.” Oke, tapi apa yang dikatakan Nabi sudah terjadi.

Rasulullah bersabda “Siapa yang ridho maka dia mendapatkan ridho.” Apa itu ridho? Lapang hati, tenang, tidak menolak ketetapan Allah. Kita selalu minta ridho pada Allah “Allohumma inna assaluka ridhoka wal jannah.” Kenapa minta ridho dulu bukan minta surge dulu? Karna kalau dapat ridho apsti masuk surge, tapi kalau masuk surge belum tentu dapat ridho. Ketika penduduk surge ditanya Allah “Semua yang kalian inginkan semua sudah kamu dapatkan, sekarang apa lagi yang kalian inginkan?” Semua menjawab “Kami ingin ridhomu.” Bagaimana cara mendapatkan ridho? Baca subuh 1x, Ashar 1x “Radhitu billahi Rabba wa bil islami dinna wa bil muhammadi nabi wa rasula.”

Kalau ridho kenapa marah? Kalau ridho kenapa menyumpah serapah? Kalau ridho kenapa gelisah? Ridho adalah berpuas hati dan lapang dada pada keputusan Allah. Semua tertulis di dalam kitab Lauhul Mahfudz. Jangan berserah pada takdir dan tidak berbuat. Jemputlah takdirmu… Goncangkan takdirmu buah kurma itu memang milikmu, tapi kalau tidak kau colok tidak akan jatuh. Jangan tinggalkan ayat-yat takdir dan nasib. Selepas sholat bertebaranlah… Buka tokomu, kerjakan sawahmu, kerjakan ladangmu. Namun kalau setelah itu kau gagal, Qadarallah… Takdir. Setan akan masuk “Kalau dulu tak di tanam, kalau dulu di semprot 3 hari yang lalu, kalaulah tak mulai bulan ini, kalau…kalau…” Putuskan kalau mu, ambil wudhu sholat 2 rakaat, serahkan pada Allah.

Nabi Muhammad bersabda “Kalau kalian hidup panjang umur sesudah aku nanti, ciri-ciri zaman saat itu akan banyak banyak pembunuhan…banyak pembunuhan.” Hari ini kita lihat banyak mayat bergelimpangan. 200ribu orang lebih meninggal sejak konflik Suriah. Lalu sekarang ada orang berkata “Kenapa aku hidup di zaman ini? Kenapa tidak hidup di zaman dulu? Apakah ini re-inkarnasiku yang dulu aku jahat sekarang hidup di zaman yang salah ini?” Islam tidak mengakui re-inkarnasi. Ruh orang yang sudah mati tidak akan masuk ke kambing, anjing, tidak masuk kemana-mana. ”Lalu apa dosa saya?”  Kau tak dosa apa-apa wahai saudaraku, tapi Allah ingin memberikan kemuliaan dalam bentuk yang lain, walaupun tak bisa ikut hijrah bersama nabi, tapi tetap istiqomah di zaman ini sama seperti hijrah bersama nabi. Tetap khusnudzon pada Allah…

Tidak ada jalan lain selain ridho…ridho… Orang yang tak pandai bersyukur, karena ia tidak pernah ridho akan sesuatu. Orang yang tidak pandai bersyukur pada yang kecil, akan tidak bersyukur pada yang banyak, mentalnya mental kurang. Hanya orang yang ridholah orang yang pandai bersyukur, setelah bersyukur ia akan bahagia. Bahagia bukan karna harta, bukan karna sehat, bukan karna tentram, tapi bahagia karna ridho.

Mudah-mudahan kita dijadikan orang yang ridho dan pandai bersyukur… Amiiin

Sumber:
Ustad Abdul Somad, Lc. MA.
Taffaquh Video

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Besarnya Balasan Sesuai Besarnya Ujian"

Posting Komentar